ENERGI RAJAB MENEMBUS KORIDOR BERKAH
Sangat terasa, saat 1 Rajab 1445 Hijriyah tiba. Umat
Islam bergerak dengan niat meningkatkan kualitas ibadah. Energi Rajab
menghunjam relung hati, pikiran, menguatkan umat Islam yang nota bene
sebagai abdan syakuro. Hamba Allah yang bersyukur atas segala nikmat sebagai
karunia Allah, benar menyadari hakikat kehidupan agar terus bermakna. Komunitas
ema-ema di Majlis Ta’lim menggaungkan: “Rajab telah tiba, bulan penuh berkah
datang.” Para Bapak dan Ayah menguatkan kebersamaan dengan shalat berjemaah
di masjid atau musholla, seakan Rajab sebagai pintu gerbang mengawal bulan Sya’ban
dan siap menapaki hidup di bulan Ramadan. Untaian doa selalu didengungkan
secara individu dan kolektif: “Ya Allah, berkahilah dinamika hidup kami di
bulan Ramadan, menuju Sya’ban dan sampaikan jejak kehidupan kami pada bulan Ramadan”.
Sangatlah indah, bagi kita umat Islam semuanya menjadi
kebaikan. Secara totalitas segala ucapan, aktivitas saat dimotivasi lillaahi
ta’aala akan dinilai Ibadah. Bulan Rajab momentum menguatkan kualitas
ibadah, diawali dengan puasa sunnah Rajab. Secara universal ada beberapa
catatan penting hidup di bulan Rajab, Sya’ban, dan Ramadan akan menguatkan
energi ibadah:
Pertama, menguatkan rasa syukur kepada pemilik jagat
raya. Bahwa semua kepemilikan manusia, jasmani rohani, harta sawah dan ladang,
nikmat sebagai pemimpin dari memimpin warga hingga sebagai Kepala Negara,
bahkan jiwa raga sepenuhnya ada dalam genggaman Allah SWT. Kondisi seperti ini
menyadarkan manusia, bahwa manusi lemah tak berdaya tanpa diberi kekuatan Rabbul
Izzati. Manusia tak berkuasa tanpa kekuatan Allah, Laa haula Walaa
Quwwata Illaa Billaahil Aliyyil Aziiim.
Kedua, manusia kian menyadari bawa akselerasi waktu terus
bergulir. Waktu yang lalu tinggallah kenangan, waktu sekarang mungkin bisa
dinikmati, waktu yang akan datang tiada yang dapat memprediksi apakah kita
masih menikmatinya? Orang Arab mengatakan: Alwaqtu Kassyaif, waktu
laksana pedang. Orang Inggris berujar: time is money, waktu adalah uang.
Betapa sangat berharganya waktu sehingga Allah mengingatkan: “Demi masa,
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al-Asr
[103]: 1-3)
Imam Al-Ghazali berpesan: “Hendaknya engkau
memakmurkan waktumu untuk kegiatan ibadahmu, hingga tidak berlalu waktu malam
dan siang kecuali engkau menjadikannya untuk aktiviytas kebaikan, serta
menghabiskan waku untuk ibadah”. Lebih tegas lagi beliau mengungkapkan: “waktumu
adalah kehidupanmu dan laksana es, terus mencair. Karenanya, janganlah waktumu
terbuang percuma”. Betapa pentingnya eksistensi waktu, sehingga banyak orang
mengatakan: Orang sukses itu selalu mengisi waktunya untuk berkarya,
berliterasi membangun peradaban, karsanya menjadi legacy untuk generasi
akan datang, dan mengisi ruang ibadah mahdhoh dan ghoir mahdhoh
hingga kita tidak diberi waktu saat kita kembali menghadap ke Rabbul Izzati.
Waktu hidup di dunia akan berakhir, sedangkan hidup di akhirat kekal abadi
selamanya.
Ketiga, bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadan menjadi
momentum penting proses penyadaran spiritual. Bahwa manusia bukan hanya mencari
dan mengoleksi materiil tapi yang jauh lebih penting mendeposito amaliah untuk
hidup di alam transendental nanti. Suatu saat, segala perilaku manusia
akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Sehingga tiga bulan haram ini,
menjadi titik kulminasi untuk muhasabah, mendekat kepada Allah, mengisi
ruang kehidupan dengan ibadah. Bahkan saat bulan Rajab, kita terus berdoa agar
kita hidup di bulan Sya’ban dan menikmati bulan Ramadan. Pesan penuh energi
bagi umat Islam: “Siapa orang yang bergembira dengan datangnya bulan Ramadan,
Allah SWT mengharamkan jasdanya masuk neraka”. Dikuatkan Nurcholis Madjid
(2013, h. 132) mengungkapkan, efek percaya kepada Allah akan mengantarkan efek
dua manfaat: satu pihak memberi pegangan hidup yang kuat, dan di lain pihak
membebaskan manusia dari belenggu mitologi sesama manusia dan alam.
Masya Allah, energi kekuatan Rajab menjadi momentum
penyadaran diri kita bahwa kehidupan ada dalam kekuasaan Allah SWT. Energi
Rajab menembus bulan Sya’ban dan bulan Ramadan sehingga kehidupan umat Islam
selalu memandang masa depan lebih baik, lebih bermanfaat untuk umat. Allah SWT
mengingatkan:”Wahai orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hai esok (akhirat)
dan bertakwalah kepada Allah. Sesunggunya Allah Mahateliti terhadap apa yang
kamu kerjakan”. (QS. Al-Hasyar [ 5]: 18).
Kalenderawak, 02
Rajab 1445 H / 14 Januari 2024 Pasca Subuh Pkl. 04.50 Wib.
Mualaf Literasi
mulai ngisi Web.site lagi.com.moga.manfaat.untuk.umat.
Posting Komentar untuk "ENERGI RAJAB MENEMBUS KORIDOR BERKAH"