Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Merindukan Generasi Qurrotu 'Ayun di Era Digital

 


Refleksi untuk Santri

Wahyudin, NS.

Pegiat Literasi

Penulis Buku

 

Pasca liburan, kehidupan santri selalu penuh warna. Dua pekan santri bersama orang tua di rumah. Tentunya memiliki pengalaman bervariasi. Dari karakter anak yang dinamis, hingga praktik keberagamaan di rumah. Samakah perikalu anak saat di pesantren dengan waktu di rumah? Pasti sejuta cerita bisa diungkap.

 

Semua orang tua berharap, para santri menjadi "qurrotu 'ayun" penyejuk hati saat dipandang. Disiplin dalam shalat dan tadarus Al-Qur’an, hingga membantu aktivitas di rumah. Puncaknya, menghiasi diri mereka dengan akhlakul karimah. Teringat dengan Surat Al-Furqan ayat 74:

وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا

 

Coba bayangkan, andai kita melihat anak saat di keheningan malam para santri duduk bersimpuh, sujud dengan khusyu. Diiringi sayup terdengar alunan ayat suci Al-Qur’an dilantunkan dari dalam kamar. Masya Allah, betapa bahagianya orang tua memiliki generasi qur’ani. Dilanjutkan mengetuk pintu langit, doa penuh tadhorru dengan ucapan robbigfirlii waliwaalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shogiiroo. Sungguh dahsyat, praktik spiritual kehidupan santri bila melazimkan pengamalan religius yang ideal. Menjadikan rumahnya sebagai pesantren kehidupan.

 

Sebagai wali santri, tentunya saya berharap saat santri kembali ke pesantren kian menguat tradisi pesantrennya. Semakin taat menikmati regulasi yang ditetapkan pesantren. Beberapa catatan sederhana bisa dieksplor.

 

Pertama, selalu disiplin melaksanakan salat wajib dan sunnah. Diiringi tadarus alqur’an dengan tartil dan sekaligus menghafalnya secara bertahap. Bagi santri tingkat Aliyah tentunya berupaya memahami tarjamah dan tafsirnya. Klimaksnya bersama-sama mengamalkan ayat suci Al-Qur’an step by step di arena kehidupan nyata.

 

Kedua, di era digital ini para santri idealnya memperkuat dalam hal literasi. Hasil bacaan, dialog, hafalan, setelah perenungan dan pengalamannya idealnya dituliskan kembali sehingga mampu menciptakan karya ilmiah dengan berbagai genre. Pernah saya menginap di pesantren, ternyata pasca salat subuh para santri di sekitar qoah saling berhadapan mendalami bahasa Arab dan bahasa Inggris. Luar biasa, harapan ke depan generasi qurrotu ‘ayun mampu berkomunikasi secara aktif di tengah era digital yang sangat kompleks. Di sisi lain, dengan kompeten ranah bahasa, para santri mampu menggali ilmu dari buku referensi aslinya. Maka tradisi ilmiah akan tercipta di lingkungan pesantren. Bahkan nuansa dialektika lahir pada kahidupan mereka.

 

Ketiga, menyambut era emas 2045 insya Allah akan lahir generasi yang siap pakai. Para santri menjadi sosok penerus yang ulul albab. Berkualitas iman, ilmu dan amal. Selamat kembali ke pesantren penuh keindahan dan dinamika. Bukankah generasi sekarang akan menggantikan generasi hari ini pada dekade akan datang? Semoga Allah SWT membuka pikiran dan hati para santri, sehingga generasi qurratu ayun lahir di era digital dan siap mengisi ruang kehidupan lebih bermakna. Wallahu 'Alam.

 

 

*Saat Mengantar Santri Pondok Pesantren Darussalam Subang.

1 komentar untuk "Merindukan Generasi Qurrotu 'Ayun di Era Digital"