Mengungkap Profesionalisme Guru PAI Pasca PK Online
“Kualitas pendidikan menjadi standar utama bagi kehidupan suatu bangsa”.
Oleh: Wahyudin
Ketua
Pokjawas PAI Kementerian Agama Kabupaten Bekasi
Penulis
Buku dan Pegiat Literasi
Eksistensi pendidikan
bagi setiap negara sangat urgen diperhatikan. Karena, dengan pendidikan, Sumber
Daya Manusia (SDM) suatu bangsa dapat diukur standarnya. Kualitas suatu negara
dapat dilihat dari kualitas pendidikannya. Di antara untuk mendongkrak kualitas
pendidikan, aspek kualitas Pendidik dan Tenaga Kependidikan harus menjadi concern.
Bidikan utama menjadi insan profesional dalam bidangnya. Secara simple profesionalisme
maknanya yaitu mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri-ciri suatu
profesi atau orang yang profesional.
Guru menjadi faktor
utama dalam peningkatan kualitas pendidikan. Pada bagian ini, guru akan mampu
memfasilitasi peserta didiknya dalam proses belajar mengajar. Targetnya mampu
mem-blueprint dan mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik.
Bahkan ada adagium: “guru yang sukses yaitu mampu mengantarkan peserta didiknya
menjadi insan yang melebihi kualitasnya dari pada gurunya”. Artinya, produk pendidikan
idealnya menciptakan generasi yang lebih berkualitas.
Dalam konteks
peningkatan kualitas Guru Pendidikan Agama Islam, pemerintah dalam hal ini
Kementerian Agama terus berupaya membuka wawasan profesionalisme kepada guru
PAI secara berkelanjutan. Seperti pada Jumat, 05 Mei 2023 diadakan Pemetaan
Kompetensi (PK) Online secara kolosal di wilayah Jawa Barat, yaitu 27
Kabupaten dan Kota. Hal ini menjadi hajatan besar, sehingga semua guru PAI
termotivasi untuk belajar dan meningkatkan kualitas diri. Ada beberapa catatan
penting bagi Guru PAI, Kepala Sekolah, Pengawas PAI, Stakeholders dan Pemerintah
terkait dengan pelaksanaan PK Online.
Pertama, pelaksanaan PK
Online menjadi starting point agar Guru PAI terus berpacu untuk
meningkatkan kualitas diri. Terutama meningkatkan budaya literasi membaca,
menulis, memahami teks yang membutuhkan pemikiran sehingga setiap guru
termotivasi untuk meningkatkan kualitas SDM.
Kedua, berdasarkan
pengalaman mentoring saya sebagai Pengawas PAI, dalam pelaksanaan PK Online
yang di-manage menjadi tiga fase: yaitu fase ke-1 Pkl. 07.00-10.00 Wib, fase
ke-2 Pkl. 10.00-13.00 Wib dan fase ke-3 Pkl. 13.00-16.00 Wib. Sesungguhnya
dengan waktu 180 menit untuk menjawab 100 soal lebih dari cukup timingnya. Berdasarkan
riset sederhana dari guru PAI, umumnya
guru PAI kurang sabar dan kurang teliti dalam memahami soal dan menjawab soal,
sehingga melihat hasilnya perlu ada penguatan materi selanjutnya. Pada bagian
inilah, ke depan setiap guru siap untuk didiklat, dilatih, dikuatkan kembali
sehingga menjadi refresh wawasannya di tengah era digital dan memasuki
Era Industri 4.0 dan Era Society 5.0.
Ketiga, dengan PK Online
menjadi sebuah tantangan besar bagi Guru PAI, Kepala Sekolah, Pengawas PAI, Stakeholders
dan Pemerintah untuk terus berupaya meningkatkan SDM guru sehingga mampu
beradaptasi dengan era yang sangat cepat perkembangannya.
Keempat, berapapun hasil dari PK Online itulah realitas uji pemetaan bagi Guru PAI. Sehingga kian mam
pu menangkap kelebihan dan kekurangannya. Bagi yang ada nilai plus perlu diadakan pengayaan, bagi yang minus aspek tertentu harus diadakan remedial, melalui pelatihan dan pembelajaran secara berkelanjutan. Karena setiap guru itu menjadi pembelajar sepanjang hayat, sehingga menjadi pendidik priofesional yang dirindukan siswanya. Kehadirannya, dirindukan siswa setiap saat.
Uraian singkat ini,
menguatkan komitmen kita untuk selalu beracuan pada standar profesionalisme.
Nilai profesioanalisme ini menjadi standar kehidupan bersama, tentunya secara terintegrasi
dan dilaksanakan secara simultan. Wallahu ‘Alam.
Bandung,
06 Mei 2023 / 15 Syawal 1444 H Pkl. 06.09 Wib.
Dalam
Ruang Literasi Spiritual yang Merindukan Ranah Profesionalisme.
Luar biasa kang haji tulisannya. Hatur nuhun.
BalasHapusSami2 kang. Mugia manfaat
HapusKemarin, tepatnya tanggal 5 mei 2023, hari Jumat. Qodarulloh ikut PK online di sesi 3,nguantuk sangat ternyata dan jadi kurang fokus, alhasil nilaipun minimalis,dari 100 soal, yg benar hanya 56🤠MasyaAllah
BalasHapusYang penting sudah ikhtiar. Terus belajar. Siap diklat dan penguatan.
HapusKeren selalu mencerahkan semangat literasi
BalasHapusTerima kasih supportnya.
Hapus