Tebar Salam Menuai Rahmat
"Tebarkan salam menuju keselamatan dan kesejahteraan hakiki. Damailah diri dan damailah dunia akhirat".
Wahyudin, NS.
Praktisi Pendidikan dan Dakwah
Penulis Buku
Yakinkah Anda menebar salam itu bisa mengundang Rahmat?
Permasalahan ini sangat menggelitik dalam kehidupan kita. Karena umumnya orang
masih bersifat formalistik dalam menebar salam. Salam sering diucapkan, tapi
harmonisasi kehidupan belum tercapai, diantara penyebabnya belum meyentuh
tataran hati. Baru sebatas teoritis, belum masuk pada wilayah praktis.
Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Mari sama-sama kita ungkap. Dilihat
makna secara etimologi bahwa salam artinya selamat, sejahtera dan
mendamaikan. Bukan hanya damai dan selamat untuk diri pribadi tapi yang lebih
urgen untuk orang lain. Bukankah hidup ini lebih mulia bila bermakna dan bermanfaat
untuk sesama?
Dalam konteks perspektif fitrah, setiap manusia pasti ingin
selamat, damai dan sejahtera. Karenanya dengan menebarkan salam berarti
mengkampanyekan keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan. Rasulullah SAW selalu
memberi terobosan dalam hidupnya dengan menebar salam kepada siapa pun, bukan
hanya kepada sahabat seagama namun kepada setiap manusia secara universal.
Dengan strategi menebar salam terciptalah suasana harmoni dalam
kehidupan. Terhindar dari pertengkaran, merdeka dari saling curiga bahkan destruktif
dalam skala besar. Hal inilah yang membuat dakwah Rasulullah SAW diterima oleh
seluruh stratifikasi sosial pada saat itu, karena pendekatan persuasive
dengan selalu menebar salam tergapai kedamaian dan kesejahteraan.
Lebih jelas dapat kita ambil tamsil, setiap mengakhiri shalat
selalu mengucap Assalamu’alaikum Warahmatullahi. Substansi makna dari
mengucap salam ini sangat mendalam, bukan hanya mengucap salam yang diutarakan
secara lahiriyah tetapi akhir ibadah shalat ini di-closing dengan salam
ke kanan dan ke kiri. Sangat indah ajaran Islam ini bangkitkan motivasi
mendamaikan orang di sekitar.
Nilai filsafat hidup yang mampu kita raih adalah kewajiban kita
pasca shalat untuk menebar salam yang dipayungi rahmat. Sangat luar biasa bila
secara kontinu menebarkan salam, maka rahmat dan kasih sayang Allah SWT akan
kita raih. Bayangkan, bila Allah SWT sudah menyayangi kita maka segala
permasalahan hidup pasti akan diberi solusi terbaik oleh Allah SWT.
Sebagai illustrasi, ketika di rumah semua anggota keluarga terpatri
dengan nilai salam maka akan terciptanya hati qolbun salim hati yang selamat. Begitu
juga dalam kehidupan bermayarakat, di sekolah, kantor dan di mana saja bila
makna salam memancar maka semuanya menjadi indah. Klimaksnya akan lahir efek
dahsyat melahirkan rahmat nilai kasih sayang menggelora di muka bumi. Revolusi
mental dan character building dapat tercapai dengan optimal dalam lini
kehidupan.
Masya Allah, itulah dampak positif dari
salam dan rahmat bila terwujud pada semua aspek kehidupan, damailah dunia dan
harmonilah tatanan kehidupan. Allah SWT mengingatkan: “(Kepada mereka
dikatakan):”Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan yang Maha Penyayang” (QS.
Yasin: 36/58). Sangat luar biasa, Allah SWT sendiri mengucapkan salam bagi
insan beriman sehingga kasih sayang Allah akan menebar ke seantero dunia.
Inilah bukti fenomenalnya salam.
Mengacu pada uraian di atas, rasanya salah besar bila kita masih
belum semangat dan belum sadar untuk menebar salam dalam kehidupan. Mari move
on tebarkan salam, maka curahan rahmat akan kita raih. Insya Allah damailah
negeri kita menuju Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghour. Wallahu ‘Alam
Artikel ini telah diterbitkan pada Buku Literasi
Spiritual: Mengungkap Metakognitif di Universitas Kehidupan (Juli 2020)
ISBN 978-623-272-448-8
Diterbitkan oleh : MediaGuru Surabaya
Digubah dan Dipublish kembali pada Rabu, 19 April
2023 / 28 Ramadan 1444 H Pkl. 04.14 Wib Dalam Ruang Literasi Spiritual.
Untuk pengembangan literasi dan memperkaya referensi
milikilah buku kami:
Jejak Mualaf Literasi (2019). Literasi Spiritual
2020). Khotbah Berbasis Literasi Spiritual (2021)
Yu, menebar salam membuka jalan perdamaian...
BalasHapus