Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Petuah Literasi Sang Pengikat Makna

 




Lintasan Spirit Perjalanan Belajar Literasi

Wahyudin, NS.

Praktisi Pendidikan Islam dan Dakwah

Penulis tiga buku tunggal

 

Saya belajar literasi kembali khususnya menulis, setelah merampungkan tugas akademik akhir yaitu Tesis di Universitas Islam 45 Bekasi tahun 2005. Setelah itu tidak belajar menulis lagi. Hanya membuat teks khotbah sesuai dengan kondisi.

 

Pada tahun 2017 Ketua Penggerak Literasi Bekasi Rina Sugiyarti ngajak saya untuk menulis buku Antologi. Sebenarnya saya ragu, apakah mampu saat itu untuk menulis? Dengan nilat belajar, akhirnya saya menulis. Maka lahirlah sebuah tulisan perdana dengan judul “Urgensi Mendidik dengan Hati” dan lahirlah buku Antologi “Mendidik dengan Hati.” Betapa bahagianya saat itu karena tulisan saya include bagian buku tersebut.

 

Untuk mengembangkan tulisan tersebut, saya konsultasi dengan Hernowo Hasim (penulis ulung) melalui WhatsApp (WA) pribadi dengan mengirim karya perdana saya tersebut. Sebelumnya ada hadiah buku dari sahabat IIm Kamilah buku Pak Her yang langsung dikirim oleh beliau “Flow di Era Socmed: Eek Dahsyat Mengikat Makna”. Pak Her memberi pesan yang ditulis di buku tersebut dengan tulisannya: “Untuk Bapak Wahyudin, Semoga buku ini dapat membantu bapak dalam menjalankan kegiatan membaca ngemil dan mengikat makna” dan ditandatangani pak Her tertanggal 05 Oktober 2016. Pesan beliau juga melalui WA pribadi setelah mengirim buku kepada saya dengan statement yang sangat memotivasi: ”buku itu bukti bahwa saya dulu juga tidak PD. Tetapi berkat latihan mengikat makna, di usia lewat 40, saya bisa membangun kemampuan menulis dan bahkan membuat buku. Kontak saya jika ada yang mengganggu atau perlu didiskusikan. Demikian pak Her,  menuturkan dengan bahasa yang menggugah saya.

 

 

Sangat menarik perbincangan saya dengan pak Her, sehingga saya berani menulis. Bahkan saat tulisan saya direspon beliau, awalnya seperti mendengar petir. Beliau mengatakan: “Tulisan Anda tidak menarik”. Mengapa? Masih menurut beliau, saat Anda membincangkan pendidikan jangan diawali “pendidikan adalah” tetapi apa substansi pendidikan itu? Artinya dalam menulis harus mampu memeragakan.  Atas dasar inilah, saya terus berlatih menulis dengan petuah dari Pak Hernowo yang terus memotivasi saya.

 

Motivasi tersebut terus saya ingat, sehingga dalam menulis saya selalu berusaha untuk memeragakan kondisi yang terjadi. Seperti saat kita menjelaskan udara panas, jangan mengatakan udara saat ini sangat panas. Tetapi, ruangan sangat pengap, keringat bercucuran membuat tidak kerasan berlama-lama di ruangan dan seterusnya. Faktor Latihan dan pembiasaan inilah yang membuat saya terus berkarya dan berkarya. Pengalaman perjalanan menulis ini, sebagai pemicu saya untuk terus berkarya dan berkarya sehingga melahitkan puluhan buku Antologi, tiga buku pribadi yang diterbitkan serta puluhan artikel dan jurnal yang sudah di-publish. Yu, belajar menulis.

 

 

Uraian singkat pengalaman penulis dalam latihan menulis.

Digubah Kembali pada Kamis, 16 Maret 2023 / 23 Sya’ban 1444 H Pkl. 06.17 Wib.

 

 

 

Posting Komentar untuk "Petuah Literasi Sang Pengikat Makna"