Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Membangun Visi dan Misi Bahtera Keluarga

 


Setiap keluarga pasti memiliki visi dan misi untuk mencapai kebahagiaan hakiki. Kebahagiaan di dunia maupun di akhirat kelak. Visi dan misi itu diejawantahkan dengan komitmen setiap pasangan. Sebagai impian hari ini dan masa depan. Tentunya sesuai idealisme anggota keluarga.

 

Target akhir dari tujuan tentunya melahirkan keturunan yang mampu melanjutkan generasi lebih berkualitas iman, ilmu, dan amal. Luar biasa target yang akan dicapai oleh setiap keluarga. Dibutuhkan kesamaan persepsi untuk menggapainya. Baik dalam tataran teoritis maupun wilayah praktis.

 

Dalam Al-Quran ditegaskan: “Ya Allah anugerahkanlah keturuan kami sebagai penyejuk hati, jadikanlah mereka sebagai pemimpin bagi insan bertakwa. (QS Al Furqan [25]: 74). Pesan Allah SWT ini sebagai bahan refleksi bahkan dapat dijadikan visi dan misi bagi setiap keluarga yang merindukan kedamaian. Dijelaskan pada Al quran Andalusia (Muhammad Shahib Thahir: 2013 ;h. 730) dikatakan bahwa “menyenangkan hati kami karena mereka mendapat petunjuk melakukan ketaatan, kebajikan, dan keutamaan; dan jadikanlah kami panutan dalam kebaikan.”

Kesamaan Langkah Menggapainya

Seiring sejalan harus terus diupayakan dalam membangun kehidupan   keluarga. Kendati  persepsinya bervariasi tetapi memiliki tujuan yang sama menuju keluarga sakinah mawaddah warahmah (QS. Ar-Rum: 21). Sakinah itu ketenteraman dalam hati, mawaddah maknanya kasih sayang, dan warahmah merupakan kelembutan hati dan empati. Harus ada kesamaan langkah dalam mendidik anak. Itulah tujuan utama membangun keluarga. Bahkan ada satu qaulBaitii Jannatii”, rumahku adalah surgaku. Sebuah motivasi luar biasa. Setiap anggota keluarga tentunya berharap agar rumahnya laksana surga. Banyak cara menuju kebahagiaan kehidupan keluarga, agar  rumahnya seakan dalam suasana surga.

 

Pertama, Sejak kecil mengarahkan anak giat ibadah berbasiskan ilmu. Pola pembiasaan ini membuka cakrawala berpikir anak untuk mengutamakan ibadah dan ilmu. Diawali mengajak  ke masjid bagi anak lelaki, dan bagi anak perempuan diarahken ke majlis ilmu. Akhirnya akan terpatri pada jiwa anak untuk melakukan perbuatan baik.

Saat anak saya yang pertama lahir pada 13 Desember 1996, terbersit dalam hati: Ya, Allah, jadikanlah putra-putri saya anak shalih dan shalihah”. Bahkan, sedikit “ngotot”, dalam hati selalu berujar: Ya Allah kuatkan lah hati anak-anak saya untuk menjadi anak pesantren kelak. Itulah harapan saya sejak dahulu. Karena saya benar-benar terasa banyak kekurangan, karena dulu tidak menikmati pendidikan pesantren. Terutama dalam hal kajian kitab “gundul-kitab kuning” yang menjadi media pendalaman ilmu ke-Islaman. Sebagai langkah awal mengenalkan anak ke pesantren, melihat langsung pembelajaran di pesantren.

 

Kedua, pembiasaan ibadah bagi anak. Diantara upaya yang harus dilakukan orang tua, mendidik dan mengarahkan anak sejak dini untuk belajar beribadah. Untuk anak laki-laki, membiasakan shalat berjemaah di masjid dan bagi anak perempuan shlat berjemaah di rumah. Upaya inilah menjadikan anak terbiasa beribadah sejak kecil, sehingga saat dewasa nanti benar-benar mengkristal kebiasaan shalat berjemaah. Bahkan, merasa tidak sempurna bila tidak shalat berjemaah.

 

Ketiga, biasakan anak agar bersikap jujur dan berani. Seperti diungkapkan Jaudah Muhammad Awwad (1999: 56), biasanya kejujuran dan keberanian itu hanya akan timbul pada diri anak-anak yang telah dibina untuk biasa jujur dan berani. Sebagai contoh, anak dibiasakan untuk selalu bertanggung jawab atas segala yang telah diperbuatnya. Dilihat orang tua atau pun tidak, maka kejujuran itu akan dipraktikkan.

           

Berawal dari kebiasaan inilah, anak dapat mempraktikkan sifat jujur ketika sudah dewasa nanti. Targetnya bisa dirasakan anak saat memasuki kehidupan lebih luas. Wallahu ‘Alam.

 

 

 Kalenderwak, 05 Maret 2023 / 12 Sya’ban 1444 H

Posting Komentar untuk "Membangun Visi dan Misi Bahtera Keluarga"