The Journey Menyeleksi Lembaga Pendidikan
Tahap
pengenalan anak terhadap beberapa pesantren, ternyata sangat penting dilakukan.
Karena disamping memberikan kemerdekaan kepada anak untuk memilih, juga bagi
orang tua tentunya mempertimbangkan berbagai aspek yang ada di pesantren.
Seperti dalam hal kurikulum, sistem pendidikan secara umum, maupun biaya yang
menjadi kebijakan pesantren. Tentunya sesuai dengan budget dan kemampuan
orang tua. Mengapa hal ini perlu dilakukan? Karena, proses belajar di pesantren
idealnya enam tahun sehingga anak benar-benar menikmati dinamika hidup di
pesantren. Yang akan menikmati hidup di pesantren itu anak bukan?
Diungkapkan
Azyumardi Azra dkk (2020: h. 8) bahwa transformasi pesantren dan madrasah
paling fenomenal hampir bisa dipastikan terjadi di Indonesia. Gejala paling jelas,
pesantren madrasah dalam beberapa dasawarsa terakhir kian terlibat dalam
pendidikan umum; bahkan dalam upaya
pembangunan bangsa untuk kemajuan dan kewargaan kultural. Atas dasar itu sistem
Pendidikan Islam Indonesia termasuk ke dalam ranking pendidikan paling terbuka
dan inovatif di dunia.
Lebih intens
Kiyai Syahid (Pimpinan PP Daar El-Qolam Tangerang) bertutur, “mendirikan
bangunan gampang walau tanpa gambar, tapi membangun anak susah, karena anak
memiliki ruh dan jiwa. Pohon yang berbunga tidak semua jadi buah. Maka
ciptakanlah berbagai macam pupuk agar bunga tersebut banyak menjadi buah.
Pernahkah kita berpikir menciptakan pupuk-pupuk untuk membangun jiwa anak?
Karenanya pesantren menciptakan berbagai macam disiplin, seperti shalat jemaah,
sebagai pupuk untuk jiwa mereka” (Indrajaya: 2013, h. 117 ).
Kian jelas,
bahwa pesantren menjadi garda terdepan yang mampu menjawab tantangan zaman.
Membuka wahana berpikir anak agar memiliki ruhul jihad siap melanjutkan
kehidupan lebih bermakna. Karenanya ada beberapa prinsip dasar saat
mengeksekusi lembaga pesantren untuk anak.
Pertama,
yakinkan pada diri anak bahwa dalam pesantren selalu ditanamkan disiplin. Dalam
kehidupan pesantren, yang paling kuat itu pola asuh. Semua santri selama 24 jam
ada dalam bimbingan mudabbir dan para asatiz yang disebut pengasuhan. Di
samping belajar di kelas atau secara klasikal, yang lebih intensif itu pola
asuh. Bukan hanya konteks akademik intelektualitas, tetapi penguatan emosional,
spiritualitas yang nantinya sangat bermanfaat saat anak mengembangkan diri
dalam kehidupan nyata. Pola disiplin ini benar-benar harus ditanamkan pada santri,
seperti: budaya antri mandi, berwudhu, makan, masuk asrama dan pembiasaan antri
lainnya.
Kedua, tanamkan
pada diri anak bahwa di pesantren harus siap jauh dari orang tua. Bukan hanya
satu hari, tetapi tiga tahun bahkan enam hingga tujuh tahun termasuk pengabdian.
Selama anak menjadi santri, pasti ada proses dan dinamika yang di luar expectancy
anak dan orang tua. Terutama, kondisi anak dan orang tua saling merindukan.
Karena setiap orang tua dan anak pasti ingin hidup bersama. Tantangan inilah
yang paling berat dirasakan orang tua dan anak. Harus ikhlas saling berjauhan
sementrara, demi pendidikan dan masa depan lebih cerah. Disinilah
dibutuhkan kekuatan mentalitas untuk menyatukan dua persepsi, bahwa dengan
tinggal di pesantren itulah yang terbaik.
Ketiga, saat survey
datang ke pesantren tanamkan pada jiwa anak bahwa pesantren itu untuk membangun
jiwa lebih kuat. Seperti pesan KH. Ahmad Rifa’i Arief: “Kita akan mendidik
manusia-manusia yang akan berjuang di medan juang, di hutan-hutan, sawah dan
ladang, bukan manusia-manusia loyo, rewel, dan banyak mengeluh. Jadikanlah hari
ini sebagai titik tolak perjuangan kita untuk menuntut ilmu, memperbaiki jiwa
dan mental untuk menyongsong masa depan (Hafis Azhari, 2012, h. 14).
Beberapa pesan
di atas menjadi bahan rekomendasi untuk memilihkan anak nyantri di pesantren.
Sehingga kelak anak dan generasi kita menjadi santri yang santri. Bukan hanya
“nyantri” saat di Pondok Pesantren saja, tetapi anak-anak menjadi santri di
Pesantren Kehidupan. Di mana pun berada selalu mencerminkan karakter santri
sehingga mampu mewarnai masyarakat menjadi kehidupan Islami. Wallahu ‘Alam.
Kalenderwak, 07
Maret 2023 / 14 Sya’ban 1444 H
Dalam Bingkai
Parenting Berbasis Literasi Spiritual.
Posting Komentar untuk "The Journey Menyeleksi Lembaga Pendidikan"