Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Eksisnya Guru dengan Karya Literasi

 


Kekuatan Kata Pengantar

Oleh : Wahyudin

Buku                                       : Torehan Guru Milenial

Karya                                     : Dewi Komalasari

Instansi                                  : MIS Subang

Penerbit                                 : MediaGuru

 

Eksisnya Guru dengan Karya Literasi

 

Saya terus belajar literasi. Diawali dengan mengikuti pelatihan di SMP Presiden Cikarang Utara, SMA Al-Muslim Tambun Selatan, P4TK Sawangan Bogor, SMKN 2 Cikarang Barat, Diklat PTKp di Balai Diklat Keagamaan Bandung dan kegiatan kepenulisan lainnya.

 

Agenda spektakuler ini membangkitkan spirit menulis saya kian menggelora. Prioritas dengan menstimulasi tradisi illmiah lewat kebiasaan membaca membaca dan menulis. Lahirlah karya sederhana yang dipublikasikan lewat website, harian surat kabar hingga puluhan Buku Antologi dan dua buah Buku Tunggal. Buku Jejak Mualaf Literasi : terbit pada tahun 2019 dan Literasi Spiritual terbit pada tahun 2020. Hingga detik ini, hampir tidak percaya bila saya mampu menerbitkan buku tetapi itu realitasnya.

 

Di sisi lain, untuk mengembangkan dan menajamkan literasi saya selalu sharing dengan guru binaan, rekan sejawat, dan Praktisi Pendidikan lainnya. Dahsyat memang literasi itu. Terutama saat aktif di grup literasi dan menulis. Di dalamnya “nongkrong” orang-orang “gila literasi”.

 

Setiap hari ada saja yang harus dituliskan. Teringat pesan Hernowo Hasim (2017) dalam bukunya Free Writing mengutip ungkapan Goldberg sebagai berikut: “Menulis tanpa bentuk adalah menulis dari pikiran sendiri. Produk menulis yang dihasilkan mungkin belum sesuai dengan genre. Misalnya berbentuk esai, cerpen, puisi, novel, atau bentuk lainnya. Yang penting memang menulis itu sendiri, menulislkan sebebas-bebasnya seluruh pikiran yang terlintas di benak tanpa sarat takut”.

 

Motivasi di atas sudah dipraktikkan Dewi Komalasari yang nota bene sebagai Guru Profesional MIS di Subang Jabar dengan bukunya “Torehan Guru Milenial”. Awalnya, ibu guru itu relatif kurang hobi dan tidak PD menulis, tetapi dengan kesabaran tingkat tinggi akhirnya tercipta buku sagat bermakna. Dari pengalaman berharga sebagai guru, membina murid hebat hingga mengikuti lomba kompetensi guru. Semuanya dituliskan dengan apik oleh penulis kreatif ini.

 

Bagi saya, buku yang ditulis Guru Bersertifikat Pendidik Madrasah Ibtidaiyah Subang ini sangat bermakna. Di saat masih jarangnya seorang guru madrasah menerbitkan buku tunggal. Ternyata, buku ini merupakan terobosan baru. Saat Dinas Pendidikan gencar mengampanyekan Gerakan Literasi Sekolah, maka buku ini bisa sebagai penguat pada Kementerian Agama untuk membuka ruang Gerakan Literasi Madrasah.

 

Kita berharap, karya ini sebagai motivasi guru dan pengawas untuk lebih termotivasai berkarya menerbitkan buku. Maka jelaslah, eksisnya guru dengan karya literasi. Karya yang digoreskan detik ini bisa menginspirasi dunia. Bukan hanya untuk hari ini, tetapi untuk masa yang akan datang. Wallahu ‘Alam.

 

Bekasi, 28 Agustus 2020

Digubah Kembali pada Selasa, 14 Maret 2023 / 21 Sya’ban 1444 H.

Pegiat Literasi

Wahyudin, NS.

2 komentar untuk "Eksisnya Guru dengan Karya Literasi"