Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Apresiasi Karya Wujud Literat Sejati

Menguatkan Apresiasi Wujud Literat Sejati

Konteks ranah literasi tidak terlepas dari unsur membaca, mendengar, berbicara dan menulis. Beberapa aspek ini sebagai sentral melambungkan literasi. Tetapi ada satu hal yang lebih compatible yaitu mengapresiasi karya. Apa sesungguhnya makna dari apresiasi itu?

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), apresiasi itu  kesadaran terhadap nilai-nilai seni dan budaya. Makna lain adalah penilaian (penghargaan) terhadap sesuatu. Dua makna ini simultan menyajikan konsep literasi tingkat tinggi. Secara sistematis dapat disebutkan bahwa diawali dengan kesadaran terhadap nilai seni dan budaya kemudian memberikan penghargaan terhadap sebuah karya. Kita semua tentunya berharap, karya yang sudah ditorehkan itu mendapat apresiasi dari khalayak.

Kata orang bijak, hargailah orang lain bila Anda ingin dihargai. Di sinilah hukum kausalitas diberlakukan. Itulah selintas membangun budaya mengapresiasi karya. Maka lahirlah “literat sejati” yang selalu mengapresiasi karya orang lain.

Di dalam menapaki era digital ini, kita harus bisa proporsional mengapresiasi karya dan menunjukkan bahwa kita sebenarnya literat sejati. Siapa sebenarnya literat sejati itu?

Pertama, seorang literat sejati selalu membuka diri untuk belajar bersama dengan komunitas yang melambungkan dunia literasi. Kiatnya selalu mengikuti diklat, pelatihan, workshop kepenulisan dan sharing bersama sahabat. Dengan cara ini akan terus meng-update ilmu pengetahuan yang bisa membangkitkan inspirasi bahan tulisan. Tulisan bisa lebih bermakna apabila dinikmati oleh banyak orang. Semakin banyak yang membaca, berarti semakin banyak manfaat yang diambil setiap orang. Bisa dikatakan, satu kata sejuta pembaca juga sejuta makna. Maka banyak orang terinspirasi dari tulisan kita bukan? Saat itulah kita adalah insan yang paling bermanfaat di dunia ini. Mampu menggerakkan orang lain menuju kebaikan. Rasulullah SAW mengingatkan: " Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakan".(HR. Muslim, No. 1893). Peluang menjadi insan bermanfaat, bahkan karya besar akan meng-abadi kendati kita telah tiada.

Kedua, literat sejati itu selalu mengapresiasi karya sahabat. Sejak saya "masuk pada komunitas" dunia literasi, sudah beberapa buku sahabat literat saya miliki. Seperti buah karya Hernowo Hasim: Quantum Writing dan Flow di Era Socmed sudah sering dijadikan referensi dan menelurkan beberapa artikel. Karya penulis sahabat Kagum Bogor Raya: Catur Nurrochman Octavian dengan Literasi Sekarang atau Tidak Akan Pernah Lagi dan Literasi Tanpa Henti Bukan Basa Basi, Eka Wardana dengan Nikmat Menulis Lahap Membaca, Endang Setiyaningsih dengan Novelnya Cinta Diujung Jalan, sudah saya lahap habis. Artikel dan Novel "penuh makna" yang mampu menghipnotis saya sehingga memiliki "keimanan" bahwa inspirasi itu ada di mana saja. Bisa terbit di dalam rumah, masjid, sekolah, kampus, di hutan, gunung, lautan dan di alam sekitar dapat dijadikan bahan tulisan. Karena kita semua bisa belajar dari Universitas Kehidupan tak terbatas. Bahkan di alam kosmos ini bisa sebagai bahan tulisan sangat bermakna. Juga mengapresiasi buah karya Sahabat Komunitas Penggerak Literasi Kabupaten Bekasi  dikoordinatori Rina Sugiartinengsih dengan Buku Antologi: Mendidik Dengan Hati dan Rekam Jejak Literasi. Dua buku ini saya andil didalamnya dengan satu artikel. Lebih spektakuler lagi, buku hasil dari Guru hebat: Iim Kamilah dengan Wasiat Rochta Jaya Sebuah Profil Keluarga Guru dan Syik Asyik Traveling, Yeti Sulfiati dengan Menjadi Pendidik Insan Kamil, Nunung N. Ummah dengan Saya Guru Biasa dan Irwansyah Saragih dengan Jalan Surgaku. Untuk meningkatkan kualitas akademik, saya pun menulis di Jurnal STAI Haji Agus Salim Cikarang, dengan judul Esensi Profesionalisme dan Revitalisasi Peran Guru Pasca Sertifikasi (Sebuah Kajian Teoritis) dan Pendidikan Karakter Bangsa Sebuah Anggukan Universal.  

Dengan membaca buku penulis hebat dan hasil karya sahabat, bisa menginspirasi kita sehingga ada motivasi kuat. Sahabat literasi akan mengatakan: saya pun mampu menerbitkan buku, sebuah janji literasi bagi diri. Dengan memiliki buku yang ditulis sahabat, maka motivasi untuk menulis dan mengumpulkan naskah menjadi buku ghirroh-nya kian memuncak. Peribahasa mengatakan: Bila berteman dengan Tukang Minyak Wangi akan terkena semerbak wanginya. Begitu pula berteman dengan penulis, harapannya akan tertular juga. Bisa Anda buktikan mangga.

Ketiga, literate sejati mengikuti program penulisan dan diskusi aktif di grup WhatsApp. Tidak ada manusia sempurna di kolong langit ini. Tidak ada tulisan sempurna di dunia ini, kecuali tulisan Al-Qur'an dan Al-Hadits yang disempurnakan Allah SWT dan Rasulullah SAW. Sebagaimana Firman Allah SWT:"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya".(QS. Al-Hijr [15 ] : 9 ).

Sebuah peluang emas untuk berkarya. Di forum literasi ini semuanya belajar, kendati di dalamnya banyak penulis ternama, sudah melahirkan buku berjumlah ratusan. Bisa membangun percaya diri menulis dan memotivasi untuk berkarya. Rasa ragu akan hilang dari pikiran, karena menurut William Wrigley, Jr. dalam Hernowo Hasim (2015:74) menyatakan bahwa musuh terbesar manusia adalah keraguan dan ketakutan yang bersemayam di dalam dirinya.

Keempat, literate sejati itu siap men-share tulisannya dan siap dikritisi dan diberi in put konstruktif. Tidak ada yang tidak pernah salah. Di atas langit ada langit. Artinya sehebat apa pun tulisan pasti akan ada kekurangannya. Di sinilah harus memiliki mental memberi atau "jariyah" tulisan. Catur Nurrochman Octavian (2016:17) mengungkapkan, dengan menulis artikel, buku, catatan, atau bentuk tulisan apa pun yang berisikan ide, gagasan, inspirasi, dan ilmu yang dibutuhkan bagi pembaca, berarti Anda telah menjadi orang yang melakukan hal yang nampaknya kecil, namun berdampak besar bagi para pembacanya.

Merujuk uraian simple ini bisa kita jadikan refleksi, bahwa berjuang di dunia literasi membutuhkan proses panjang. Karena dunia literasi itu berkiprah dalam mengembangkan ilmu dan peradaban. Keduanya selalu berlangsung dinamis tak berhenti seiring dengan kemajuan zaman. Di sinilah akan lahir literate sejati, selalu belajar sepanjang masa dan membangun link setiap saat. Apakah kita semua termasuk "literate sejati" yang selalu mengapresiasi karya? Wallahu 'Alam.

Posting Komentar untuk "Apresiasi Karya Wujud Literat Sejati"