The Journey Inspiratif: Dari Cita Menuju Cinta
Berdasarkan catatan di Ijazah dan Akta Kelahiran saya lahir pada 03 Juni 1970. Itulah yang tertera di ijazah dari SD hingga Strata Dua. Orang tua saya Alm. Bapak M. Syawaludin dan Ibu Nafsiah tinggal di Kampung Kalenderwak Desa Karangsari Kecamatan Cikarang Timur Kabuoaten Bekasi. Seingat saya, tempat tinggal kondisinya “adem” sekali. Mengapa tidak? Karena wilayah saya termasuk daerah agraris yang dihiasi hijaunya padi. Sedangkan pemilik sawahnya dari Jakarta, Bekasi dan sekitarnya. Orang tua saya termasuk petani penggarap. Orang tua saya hidup sederhana, tetapi mengutamakan pendidikan untuk putra-putrinya. Ayah saya bertani, menggarap dari pemilik tanah sawah. Perkembangan berikutnya daerah kami menjadi zona industrialisasi.
Sejak kecil saya dididik orang tua dengan disiplin.
Pagi hari saya harus belajar di Sekolah Dasar dan sore hari di Madrasah. Bahkan
malam hari harus belajar mengaji Alqur’an. Selalu teringat pesan babah saya: “belajar
harus seimbang ilmu agama dan ilmu umum”. Babah saya selalu mengingatkan: “Jangan
tinggalkan shalat dalam kondisi apapun”. Juga membaca Alqur’an sesering mungkin.
Cita-cita saya sejak kecil ingin menjadi Sarjana. Seingat
saya, ini terjadi waktu saya kelas empat SD. Ter-construct pada pikiran saya pengen bener jadi sarjana. Padahal tahun 1989 gelar sarjana masih sangat berat dan mahal untuk meraihnya. Mulai saat itulah saya giat
belajar. Baik pagi, sore hari hingga malam.
Selepas lulus SD dan MI saya melanjutkan ke SMPN
Lemahabang. Pada saat itu sistemnya tes ujian masuk. Bersyukur saya lulus
dengan gemilang. Banyak kendala, kala itu transportasi relatif sulit dan
tantangan ekonomi sangat kompleks. Budaya masyarakat belum
mengutamakan pendidikan. Bahkan sahabat sekelas di SD dan MI banyak yang
langsung berkeluarga dan punya anak. Itulah kondisi pada saat itu. Pendidikan belum menjadi
primadona.
Dalam Naungan Cita
Seteah lulus SMPN Lemahabang (sekarang SMPN 2 Cikarang Utara) saya bincang-bincang dengan Babah. Saya sampaikan bahwa saya ingin menjadi guru. Karenanya, saya ingin melanjutkan ke Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Kemudian beliau menjawab: maaf ya, babah gak punya uang untuk uang muka masuk SPG. Sesungguhnya sudah terpatri dalam hati saya ingin menjadi guru. Saya sangat memahami kondisi saat itu. Akhirnya, saya pilih untuk masuk Madrasah Aliyah Al-Ishlah Kaliulu Cikarang Utara. Bersyukur tahun 1989 lulus dengan baik. Alhamdulillah mulai kelas 2 hingga kelas 3 mendapat Ranking pertama di Madrasah Aliyah.
Cita-cita ingin menjadi guru tetap membara.
Dibuktikan, sewaktu saya belajar di Madrasah Aliyah selama 3 tahun diamanahi mengajar di
madrasah tepatnya tahun 1986-1989. Dibimbing oleh babah Alm. M. Syawaludin dan
Alm. M. Baekandi sebagai Kepala Madrasah. Saya sangat menikmati pengabdian
sebagai guru madrasah. Bersyukur menimba pengalaman berharga. Maka luluslah saya
dari Madrasah Aliyah.
Selanjutnya saya izin kepada Bapak dan Ibu untuk mendaftar kuliah ke
IAIN (Sekarang UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Atas izin Allah SWT saya
diterima di Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam ditempuh selama
lima tahun 1989-1994. Selama studi di IAIN, saya mengajar privat dan mendapat
beasiswa supersemar sejak 1991-1993. Masya Allah, karunia Allah SWT yang tak
ternilai harganya. Cita-cita menjadi guru terealisasi dengan memperoleh gelar
Sarjana Agama (S.Ag). Siap mengajar di SD,MI,SMP,MTs, dan SLTA. Allah SWT menakdirkan
saya mengabdi di Mts dan MAS Nurul Huda Tegal Gede, SMPN, SMAN Lemahabang dan
Cikarang Pusat.
Waktu terus bergulir, tepatnya 01 Maret 2000 saya diterima sebagai PNS menjadi Guru PAI di SDN Pasirgombong 04 Cikarang Utara. Karena saya ingin mengembangkan diri disamping sebagai pendidik juga aktif di organisasi. Sejak tahun 2002 saya diamanahkan sebagai Ketua KKGPAI Kabupaten Bekasi hingga 2009. Dan pada 1 Oktober 2010 bersyukur menjadi Pengawas PAI setelah ikut Uji Kompetensi Pengawas di Hotel Puri Khatulistiwa Jatinangor Sumedang. Tahun 2002-2005 saya melanjutkan pascasarjana di UNISMA Bekasi konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam dan kemudian mengajar di STAI El-Ghazy, UNIAT Jakarta, STKIP Kusumanegara, STKIP PGRI dan STAI Haji Agus Salim. Lengkaplah sudah sebagai guru dan dosen.
Saat Jatuh Cinta
Seingat saya, sejak tahun 1990 sudah mulai jatuh
cinta pada literasi. Saat saya studi di IAIN rasanya ingin menulis artikel di
Koran Institut milik kampus. Tetapi saat itu belum “kesampean” untuk menulis,
baru sekadar sebagai pembaca. Terutama tulisan Nanang Tahqiq (sekarang Dosen
UIN Jakarta) dan Jamal D. Rahman goresan pena bagus tentang Filsafat dan Tashauf selalu saya “lalap” habis
tulisannya. Sejak itulah saya ingin sekali menulis. Dulu, belum booming program
literasi, perangkatnya pun terbatas dengan mesin tik. Hingga lulus, belum
sempat menulis di koran, majalah dan media untuk publikasi. Terbatas membuat
makalah diskusi dan Skripsi untuk tugas akhir studi di Ciputat.
Waktu terus bergulir, saat sebagai khotib Jum’at dan
Khutbah Dua hari raya saya coba menulis teks. Ternyata, lancar sekali setiap
menulis. Bersyukur ini sebagai ladang dakwah dan upaya mengembangkan literasi.
Kemudian ada tawaran menulis dari Ust. Irfan dan Ust. Aboy (IKPM) di
kolom Renungan Hati di Koran harian Cikarang Ekspres. Dengan tekad bulat,
lebih kurang 60 artikel dimuat di Koran Harian tersebut.
Untuk lebih luasnya karya saya, kemudian bergabung
dengan grup WhatApp berbasis literasi sehingga melahirkan 9 buku antologi. Kemudianmenyusun buku tunggal : Jejak Mualaf Literasi : Buku yang
Melejitkan Sadar Berliterasi (Oktober2019) yang sudah dicetak 1250 eksemplar. Selanjutnya, 2020 terbit buku kedua Literarsi Spiritual : Mengungkap
Metakognitif di Universitas Kehidupan. Sedangkan buku ketiga Kotbah Berbasis Spiritual terbit pada 2021, dan telah didistribusikan ke masjid tempat saya khotbah Jumat.
Cinta literasi terus membara. Saya aktif di berbagai
organisasi yang berorientasi mengembangkan literasi. Bahkan saat memperingati
Hari Amal Bakti (HAB) Kemenag Kabupaten Bekasi tahun 2020 saya menjadi Ketua
Panitia Pelaksana Lomba Literasi se-Kabupaten Bekasi. Berharap, perjalanan berjuang di medan literasi ini bermanfaat untuk generasi akan datang. Aamiin.
Posting Komentar untuk "The Journey Inspiratif: Dari Cita Menuju Cinta"